DK-Jakarta — Pasukan Baret Biru Indonesia—unit perdamaian milik TNI—dinyatakan siap untuk penugasan ke Gaza. Keputusan ini dianggap sebagai amanah besar yang menunjukkan kesiapan Indonesia terlibat dalam misi kemanusiaan dan perdamaian internasional.
Penugasan ke Gaza ini bukan sekadar soal kehadiran militer, melainkan representasi semangat Indonesia dalam membantu meredam konflik dan memfasilitasi stabilitas. Bagi personel Baret Biru, mereka akan menjadi wajah bangsa di tengah lingkungan yang sulit, dengan tantangan keamanan dan logistik yang tinggi.
Letda Laut (K/W) Diah Alya, seorang perwira wanita berusia 25 tahun, mengaku merasa sangat terhormat apabila mendapat kesempatan menjadi bagian dari pasukan perdamaian tersebut.
“Pikiran pertama saya yaitu, tentunya saya akan rasa sangat bangga dan suatu kehormatan bagi saya. Karena hal ini tidak semua orang mendapatkan kesempatan yang sama seperti saya,” ujar Diah Alya saat ditemui di kawasan Monas saat momen HUT TNI ke-80, Minggu (5/10).
Kesiapan mereka menyangkut pelatihan khusus, kesiapan fisik dan mental, serta koordinasi dengan lembaga internasional dan negara mitra. Pasukan Baret Biru akan dituntut untuk menjaga netralitas, mematuhi aturan perdamaian PBB, dan tetap menjunjung tinggi misi kemanusiaan meskipun berada dalam konflik yang keras.
Penunjukan ini juga dipandang sebagai pengakuan atas profesionalitas militer Indonesia dan kepercayaan dunia bahwa Indonesia bisa berperan aktif dalam meredam ketegangan di Gaza. Misi ini akan menarik perhatian publik internasional, karena keberadaan pasukan perdamaian di wilayah konflik seperti Gaza selalu menjadi simbol komitmen terhadap perdamaian.














