DK – Buton Tengah – Upaya menjaga kelestarian lingkungan terus dilakukan melalui program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang digagas oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Provinsi Sulawesi Tenggara. Salah satu wilayah yang merasakan manfaatnya adalah Desa Terapung, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah, desa pesisir yang kini menjadi percontohan kegiatan pemulihan lahan kritis dan abrasi pantai.
Kepala Desa Terapung, Pamaruddin, menjelaskan bahwa kegiatan rehabilitasi di desanya telah dimulai sejak tahun 2024. Dalam program tersebut, masyarakat bersama tim pelaksana melakukan penanaman berbagai jenis bibit pohon di kawasan hutan lindung.
“Dari tahun lalu kegiatan ini sudah berjalan. Kami melakukan penanaman kurang lebih 33 ribu bibit yang tersebar di empat titik lokasi di kawasan hutan lindung Desa Terapung,” ujar Pamaruddin saat dikonfirmasi, Sabtu (25/10/2025).
Menurutnya, titik penanaman difokuskan pada area yang mengalami abrasi, lahan gersang, dan lahan kritis. Meski begitu, hasilnya belum seluruhnya berhasil tumbuh dengan baik.
“Kalau dari hasilnya, ada dua titik yang tumbuh bagus, sedangkan sisanya mati karena kondisi tanah dan cuaca yang tidak mendukung,” jelasnya.
Namun kegagalan sebagian bibit tersebut tidak menyurutkan semangat pemerintah desa. Sebab, kegiatan ini merupakan program jangka panjang yang masih akan berlanjut hingga 2026.
“Tahun ini kami kembali masuk dalam program penyulaman mangrove, yaitu penanaman ulang pada titik-titik yang sebelumnya gagal tumbuh. Programnya kontrak selama tiga tahun, dari 2024 sampai 2026, jadi kami masih terus lanjut memperbaiki yang belum berhasil,” tambahnya.
Pamaruddin menuturkan bahwa masyarakat Desa Terapung terlibat secara aktif dalam setiap tahapan kegiatan, mulai dari penyiapan lahan, penanaman, hingga pemeliharaan bibit. Menurutnya, keterlibatan langsung warga menjadi kunci keberhasilan program ini.
“Kami melibatkan masyarakat secara aktif karena mereka yang paling tahu kondisi lapangan. Semangat gotong royong warga sangat besar, dan itu membuat kegiatan ini berjalan dengan baik,” katanya.
Lebih jauh, Kepala Desa Terapung berharap program rehabilitasi ini bisa menjadi contoh bagi desa-desa lain di Kabupaten Buton Tengah agar ikut berpartisipasi dalam menjaga lingkungan. Ia mengatakan, desa yang memiliki lahan kritis bisa membentuk kelompok dan mengusulkan program serupa ke BPDAS.
“Kalau ada desa lain yang punya semangat yang sama, silakan bentuk kelompok dan ajukan ke pihak BPDAS. Ini program bagus untuk edukasi lingkungan, dan manfaatnya bisa dirasakan langsung oleh masyarakat,” pesannya.
Pamaruddin juga mengajak seluruh warga untuk terus mendukung kegiatan penghijauan agar Desa Terapung dapat menjadi kawasan hijau yang berkelanjutan.
“Harapan kami, rehabilitasi ini bisa berhasil sepenuhnya dan menjadi contoh bagi generasi berikutnya. Kita jaga alam, dan alam juga akan menjaga kita,” ucapnya penuh harap.
Dengan komitmen bersama antara masyarakat dan pemerintah desa, Desa Terapung kini perlahan berubah menjadi kawasan yang kembali hijau. Upaya pelestarian melalui program rehabilitasi hutan dan lahan tidak hanya menumbuhkan kembali pepohonan, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan alam demi masa depan yang lebih baik.
Desa Terapung Jadi Contoh Rehabilitasi Hutan dan Lahan di Buton Tengah














