DK-Jakarta — Presiden Prabowo Subianto memerintahkan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk menggandeng ahli kimia dalam upaya menanggulangi penyelundupan hasil tambang yang sering disamarkan sebagai limbah dan material biasa. Dia ingin agar petugas bisa mengecek kandungan “tanah jarang” yang tersembunyi dalam material yang tampak polos.
“Mungkin pejabat kita tidak mengerti. Dia kira itu limbah, padahal itu tanah jarang,” ujar Prabowo saat menutup Musyawarah Nasional (Munas) PKS di Jakarta.
Presiden menyoroti bahwa praktek tambang ilegal — dalam nikel, batu bara, bauksit, dan terutama timah — telah menyebabkan kebocoran besar terhadap pemasukan negara. Oleh karena itu, ia meminta agar tambang ilegal segera ditertibkan atau diambil alih negara.
“Dilihat pasir, padahal pasir ini nilainya luar biasa. … Semua tambang ilegal ditutup atau diambil alih,” tegas Prabowo mengenai praktik yang menurutnya melibatkan kepentingan besar.
Langkah ini dianggap penting supaya negara tidak dirugikan akibat praktik penyelundupan tambang, dan agar penerimaan negara bisa meningkat bila pengawasan diperkuat.