DK-Wakil Wali Kota Tanjungpinang, Drs. H. Raja Ariza, MM paparkan sejarah, kebudayaan, dan potensi wisata Pulau Penyengat kepada Direktur Eksekutif Pacific Asia Travel Association (PATA) Indonesia Chapter bersama peserta Forum Group Discussion (FGD) bertajuk “Menggali Khazanah, Merajut Narasi, Memperkenalkan Pulau Penyengat ke Panggung Dunia”. Kegiatan dilaksanakan di Balai Adat Seri Indra Sakti, Taman Gurindam 12, Jumat (17/10).
Dalam forum tersebut, Wawako Ariza menjelaskan Pulau Penyengat pernah menjadi pusat pertahanan dan pemerintahan Kesultanan Riau–Lingga–Johor pada abad ke-17. Pulau ini juga menjadi pusat kajian Islam, literatur, dan kesusastraan Melayu, termasuk karya klasik Gurindam 12 serta tata bahasa Melayu tinggi yang menjadi cikal bakal Bahasa Indonesia.
“Penyengat merupakan pusat budaya Melayu sekaligus pusat pemerintahan pada masanya. Ratusan tahun kejayaan Kesultanan Islam meninggalkan bukti sejarah yang masih utuh di pulau ini. Selain itu, seni dan tradisi budaya juga tetap terjaga, menjadi bukti pelestarian warisan Melayu hingga saat ini,” jelasnya.
Menurutnya, Pulau Penyengat adalah pusat perkembangan budaya dan pemerintahan Melayu. Saat ini, pemerintah pusat, Pemerintah Provinsi Kepri, dan Pemerintah Kota Tanjungpinang terus berkolaborasi dalam penataan Pulau Penyengat menuju destinasi wisata berkelas dunia.
“Penyengat memegang peranan penting dalam sejarah Melayu. Tantangan kita ke depan adalah membangkitkan kembali nilai-nilai budaya ini di kancah internasional. Melalui kolaborasi dengan PATA, kami berharap Pulau Penyengat dapat diangkat sebagai ingatan dunia,” lanjutnya.
Sementara itu, Direktur Eksekutif PATA Indonesia Chapter, Agus Canny menjelaskan, PATA merupakan organisasi pariwisata dunia yang berpusat di Shanghai dan Bangkok. PATA Indonesia berada di bawah koordinasi kantor pusat di Bangkok dan menjadi bagian dari jaringan global yang menaungi 58 negara. Setiap tahun, seluruh anggota berkolaborasi dalam pengembangan dan promosi pariwisata dunia.
“Kami akan menggerakkan semua jaringan yang ada untuk mendukung promosi ini. Konten promosi digital yang dibuat oleh masyarakat dan generasi muda akan kami kurasi dan tayangkan melalui kanal internasional PATA agar Pulau Penyengat dikenal luas oleh wisatawan dunia,” jelasnya.
FGD diikuti perangkat daerah Pemprov Kepri, LAM Kepri, dinas kebudayaan dan pariwisata, budayawan, sejarawan, tokoh masyarakat, pelaku usaha, seniman, pengrajin, kepala sekolah, tokoh kuliner, hingga perguruan tinggi seperti Politeknik Bintan Cakrawala.
Usai diskusi, dilakukan penandatanganan komitmen bersama untuk mendukung pengusulan Pulau Penyengat meraih PATA Gold Award 2026 dan menuju penetapan sebagai World Heritage.