DK-Buton Tengah – Pemerintah Desa Polindu, Kecamatan Mawasangka, Kabupaten Buton Tengah, menuntaskan pembangunan Gedung Kesenian Desa yang kini berdiri megah di Dusun Landilee. Gedung berukuran 12 x 24 meter itu menjadi bukti nyata pemanfaatan Dana Desa (DD) secara bertahap dan terencana sejak tahun 2023 hingga 2025.
Berdasarkan data anggaran, proyek ini menghabiskan dana sebesar Rp364.202.000 pada tahun 2023, Rp335.743.000 pada tahun 2024, dan Rp297.538.103 pada tahun 2025, dengan total nilai mendekati satu miliar rupiah. Dana tersebut dialokasikan secara berkesinambungan untuk memastikan kualitas bangunan dan keberlanjutan proyek sesuai perencanaan jangka menengah desa.
Sekretaris Desa Polindu, Jikton, yang mewakili Kepala Desa, menjelaskan bahwa pembangunan gedung ini merupakan hasil musyawarah desa dan aspirasi masyarakat yang menginginkan adanya fasilitas representatif untuk kegiatan seni, budaya, dan sosial masyarakat.
“Gedung kesenian ini adalah sarana penting untuk menumbuhkan kreativitas warga, khususnya generasi muda. Kami ingin masyarakat Polindu memiliki tempat yang layak untuk berlatih, menampilkan kesenian lokal, dan menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial,” ujar Jikton, saat ditemui di lokasi, Minggu (19/10/2025).
Ia menambahkan, sejak awal proyek ini dikerjakan dengan sistem swakelola. Warga turut dilibatkan dalam proses pembangunan, baik sebagai tenaga kerja maupun dalam pengawasan pelaksanaan di lapangan. Menurutnya, semangat gotong royong menjadi kunci utama keberhasilan proyek tersebut.
“Setiap tahap kami kerjakan sesuai kemampuan anggaran, tapi dengan prinsip transparansi dan partisipasi masyarakat. Alhamdulillah sekarang hasilnya sudah bisa dinikmati bersama,” tambahnya.
Gedung kesenian yang dicat dengan dominasi warna biru ini dilengkapi teras lebar di sisi kanan dan kiri, serta area panggung yang nantinya dapat difungsikan untuk berbagai kegiatan, mulai dari latihan seni tari, pentas budaya, hingga pertemuan warga desa.
Pemerintah Desa Polindu berencana menjadikan gedung ini sebagai pusat aktivitas kebudayaan desa sekaligus tempat pelestarian nilai-nilai lokal. Selain itu, bangunan tersebut akan digunakan untuk mendukung kegiatan pemerintahan dan pendidikan masyarakat di luar jam kegiatan seni.
“Harapan kami, gedung ini bisa menjadi ikon baru Desa Polindu. Bukan hanya sebagai bangunan, tapi sebagai ruang ekspresi, persaudaraan, dan kemajuan,” tutup Jikton.