Potensi Besar Wisata Mangrove di Kepri untuk Pengembangan Ekowisata Berkelanjutan

“Tim Peneliti Internasional Rancang Strategi Pengelolaan Wisata Mangrove yang Meningkatkan Daya Tarik dan Pelestarian Lingkungan“

 

Tim Peneliti Ekowisata Mangrove gelar FGD dengan Dinas Pariwisata Kepri dan kabupaten/kota di Tanjungpinang (dok:Bima)

DK-Kepri Hutan mangrove, yang sering disebut juga sebagai hutan bakau, memiliki peran yang jauh lebih besar daripada sekadar sebagai penghalang alami terhadap gelombang laut dan pelindung dari abrasi pantai. Selain fungsi ekologisnya yang sangat penting, hutan mangrove ternyata juga menyimpan potensi besar sebagai destinasi wisata alam yang dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian lokal dan pelestarian lingkungan.

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan ekowisata mangrove yang dilakukan oleh tim peneliti gabungan dari Politeknik Negeri Bandung, Universiti Teknologi MARA Malaysia, dan National Chin-Yi University of Technology Taiwan, terdapat beberapa langkah strategis yang harus diterapkan untuk mengembangkan dan memaksimalkan pemanfaatan hutan mangrove di Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Penelitian ini juga melibatkan Focus Group Discussion (FGD) dengan berbagai pihak terkait, termasuk Dinas Pariwisata Provinsi Kepri, pemerintah Kabupaten Bintan, Kabupaten Lingga, Kota Tanjungpinang, serta sejumlah pengelola destinasi wisata mangrove yang ada.

Dalam kesempatan tersebut, Prof. Dwi Suhartanto, Ketua Tim Peneliti, menegaskan bahwa hutan mangrove adalah ekosistem yang memiliki nilai ekologis dan ekonomi yang sangat penting. “Mangrove bukan hanya bermanfaat untuk perlindungan lingkungan, tetapi juga memiliki potensi besar untuk memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat sekitar dan membantu mitigasi pemanasan global,” ujarnya.

Namun, Prof. Dwi juga mengingatkan bahwa pengelolaan yang tidak tepat dapat menimbulkan dampak buruk, baik bagi lingkungan maupun masyarakat. Oleh karena itu, untuk memaksimalkan potensi wisata mangrove, diperlukan pendekatan yang tepat dan terintegrasi, yaitu dengan menggunakan sistem “ecotourism development”. Dengan konsep *Holistic Ecotourism Development*, destinasi wisata mangrove di Kepri tidak hanya akan menawarkan keindahan alam yang memukau, tetapi juga memberikan pengalaman edukasi bagi wisatawan untuk memahami pentingnya pelestarian ekosistem ini.

Konsep ini mengharuskan adanya pemikiran yang lebih matang dari para pengelola destinasi wisata. Selain menyediakan akses yang mudah dan fasilitas yang nyaman untuk pengunjung, destinasi wisata mangrove juga harus dilengkapi dengan atraksi wisata yang beragam, seperti wisata kuliner yang memanfaatkan hasil laut lokal. Hal ini akan menambah daya tarik bagi wisatawan dan memberikan dampak ekonomi yang lebih luas, terutama bagi masyarakat pesisir yang menggantungkan hidupnya pada sektor perikanan.

Tidak hanya itu, pengelola juga diminta untuk lebih memanfaatkan teknologi dalam pengelolaan destinasi wisata. “Kami akan terus mendorong pengembangan teknologi yang dapat meningkatkan kenyamanan pengunjung, termasuk sistem informasi yang memudahkan wisatawan dalam mengetahui kondisi cuaca atau informasi terkait ekosistem mangrove yang sedang dilestarikan,” tambah Prof. Dwi.

Pentingnya pengelolaan yang tepat juga disoroti oleh tim peneliti yang berencana untuk merancang langkah-langkah strategis dalam pengembangan wisata mangrove di Kepri. “Kepri memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan wisata mangrove, namun pemanfaatannya masih belum optimal. Oleh karena itu, kami akan merancang prioritas-prioritas pengembangan pada tahun 2025 mendatang, agar wisata mangrove di Kepri tidak hanya menarik minat wisatawan domestik, tetapi juga bisa menarik pasar internasional,” pungkasnya.

Dengan adanya rencana pengembangan ini, diharapkan Kepri dapat menjadi salah satu tujuan utama ekowisata mangrove di Indonesia, yang tidak hanya mengedepankan keindahan alam tetapi juga mendukung keberlanjutan ekosistem dan memberikan manfaat ekonomi yang berkelanjutan bagi masyarakat setempat. Pengembangan wisata mangrove yang berkelanjutan juga akan memberikan dampak positif bagi pelestarian lingkungan, serta meningkatkan kesadaran masyarakat dan wisatawan tentang pentingnya menjaga dan melestarikan ekosistem mangrove untuk generasi mendatang.

Penulis: BimantaraEditor: Herman