Dianggap Pemerintah Tak Punya Anggaran, OPPM Penyengat Perbaiki Pelabuhan Secara Mandiri

Tolak Relokasi, OPPM Penyengat Rehab Pelabuhan Pelantar Kuning dengan Gotong Royong (Dok: Lanni)

DK-Tanjungpinang – Polemik rencana relokasi tempat penyeberangan ke Pulau Penyengat dari Pelantar Kuning ke Pelantar Dua atau Pelabuhan Kuala Riau Tanjungpinang terus menjadi perhatian. Organisasi Penambang Perahu Motor (OPPM) Penyengat mengambil langkah nyata dengan merehabilitasi Pelabuhan Pelantar Kuning secara mandiri menggunakan dana swadaya.

Kerusakan yang parah pada pondasi dan tiang pelabuhan mendorong para penambang untuk segera bertindak. Koordinator OPPM, Lias, yang akrab disapa Pak Ngah, menyatakan kekecewaannya terhadap pemerintah.

“Sudah bertahun-tahun pelabuhan ini rusak parah. Banyak berita muncul, banyak juga survei dari pemerintah, tapi tidak ada hasil nyata. Karena kami anggap pemerintah tidak punya anggaran, ya kami perbaiki sendiri dengan dana seadanya,” ujar Pak Ngah saat ditemui di lokasi pelabuhan pada Jumat (6/12/2024).

Ia menambahkan, perbaikan dilakukan secara gotong royong oleh para penambang, yang mengumpulkan dana swadaya untuk membeli material bangunan. Beberapa pekerjaan perbaikan pondasi dan tiang yang keropos sudah mulai dilakukan.

“Kami para penambang dengan dana seadanya sudah membeli bahan bangunan dan hari ini mulai bekerja secara bersama-sama. Pelabuhan ini adalah bagian penting dari kehidupan kami,” imbuhnya.

Sementara itu, rencana relokasi oleh PT Pelabuhan Kepri yang akan dimulai pada 10 Desember 2024, menuai penolakan keras dari pihak OPPM. Menurut Pak Ngah, rencana tersebut terkesan mendadak dan kurang transparan.

“Kenapa mendadak dan tanpa ada sosialisasi jauh-jauh hari? Tak ada kepastian apakah kami dipindahkan sementara atau permanen. Kami curiga ada kepentingan lain di balik langkah ini,” ujar Pak Ngah tegas.

Di lokasi pelabuhan, tampak bahan material seperti kayu dan besi yang digunakan untuk perbaikan. Para penambang terlihat bergotong royong memperbaiki bagian-bagian pelabuhan yang kritis, sebagai wujud nyata perlawanan terhadap kondisi yang dianggap kurang mendapat perhatian dari pemerintah.

Tindakan OPPM ini menjadi simbol semangat kemandirian dan perjuangan para penambang untuk mempertahankan Pelantar Kuning sebagai akses utama ke Pulau Penyengat, yang memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi bagi masyarakat setempat.

Penulis: LanniEditor: Herman