SOSOK  

Putra Daerah, Balek Kampung Bawa Misi Cetak Enterpreneur

Faturrahman Wijaya Hasibuan (dok: Pribadi)
Faturrahman Wijaya Hasibuan (dok: Pribadi)

DK – Tanjungpinang – Faturrahman Wijaya Hasibuan, SE merupakan seorang pengusaha keturunan batak dan ibu dari makasar yang lahir di Tanjungpinang, 2 Oktober 1993. Ia dibesarkan hingga mengenyam pendidikan di Kota Tanjungpinang. Ia merupakan putra dari Bapak Dr.Inan Riau Hasibuan, SE, MM yang merupakan seorang jurnalis senior di Kepulauan Riau dan saat ini terjun dibisnis Pertambangan.

Pria yang akrab disapa Fatur ini memulai pendidikannya di SDN 002 Bukit Bestari Kota Tanjungpinang, SMP Negeri 4 Tanjungpinang hingga SMA Negeri 2 Tanjungpinang. Kemudian ia melanjutkan pendidikan di Jakarta.

Fatur saat ini mencoba untuk mencari jalan mengabdikan diri menjadi wakil rakyat melalui partisipasi dalam panggung pemilu 2024 untuk mengawal suara anak muda.

Modal dukungan yang massif dari akar rumput, Fatur yang berlatar belakang pengusaha ini membawa misi mengubah mental anak muda menjadi pengusaha.

“Dunia politik banyak yang melihat kita untuk berbuat. Sehingga saya lebih banyak menyumbangkan pikiran saya untuk memberikan solusi bagi anak muda,” ujar Fatur

Hal yang membuat Fatur yakin untuk maju menjadi wakil rakyat ialah karena ia melihat masih banyak anak muda yang bercita-cita ingin menjadi Pegawai. Selain itu putus sekolah menjadi salah satu persoalan krusial yang harus diselesaikan di Kota Tanjungpinang.

Kedepan persolalan yang menjadi fokusnya ia selesaikan dengan cara mencetak pengusaha muda di Kota Tanjungpinang. Untuk mencetak wirausaha muda, Fatur tidak segan-segan menggunakan networking yang dimiliki oleh dirinya. Selain itu ia akan membagikan strategi bisnis yang ada untuk diimplementasikan sehingga tidak salah dalam menaruh modal

“Nanti teman-teman dapat memanfaatkan networking yang saya miliki. Seperti akses kepusat. Jaringan bisnis yang sudah saya bangun. Contohnya si A punya produk tapi tidak punya buyer. Maka kita manfaatkan jaringan yang ada untuk mempertemukan antara penjual dan pembeli. Misalnya Singapura itu tidak punya produk, bahkan tambang pun tidak punya. Hanya saja sebagian besar orang kalau menjual hasil tambang itu ke Singapura, karena disana menjadi pusat transaksi terbesar untuk menemukan antara penjual dan pembeli produk,” tuturnya dalam kesempatan sharing bersama anak muda di kediamannya (Minggu,21/1).

Kemudian ia meminta kepada anak muda untuk mengubah mindset bahwa bisnis itu tidak semata hanya mengandalkan modal, Contohnya jadi marketing ga perlu modal. Cukup menjualkan produk maka kita mendapatkan keuntungan dari penjualan barang tersebut,”ini baru contoh sederhananya asal kita mau berusaha dengan ketekunan dan kejujuran pesannya kepada anak muda.

Ia juga berpesan agar anak muda harus mampu mengolah data dan informasi kerena informasi merupakan peluang yang besar.

“Jika ingin besar maka jangan hanya bergaul dilingkungan kita. Silahkan perluas jaringan dan informasi,” tutupnya kepada awak media.

Penulis: Lanni

Editor: Man

banner 120x600