Zero Waste Perisai Hadapi Persoalan Sampah
(Dok: Lanni)
DK-Tanjungpinang–Terkait ungkapan kepala dinas Lingkungan hidup kota Tanjungpinang, Riyono perihal kondisi Tempat pembuangan akhir (TPA) yang lahannya kian sempit dan untuk itu memerlukan lahan baru mendapat tanggapan dari anggota DPRD provinsi H. Lis Darmansyah, SH, Senin (18/9).
Menurutnya hal itu tidak perlu dilakukan. cara pengolahan sampahnya yang perlu diimprovisasi.
“Sebenarnya tidak perlu menambah lahan tetapi system pengolahan sampah nya yg perlu di lakukan improvisasi dgn system pengolahan menjadi zero Waste”, tukasnya.
Zero waste atau bebas sampah adalah sebuah konsep yang mengajak kita untuk menggunakan produk sekali pakai dengan lebih bijak untuk mengurangi jumlah dan dampak buruk dari sampah. Tujuannya adalah agar sampah tidak berakhir di TPA, menjaga sumber daya dan melestarikan alam.
sedangkan Bebas sampah adalah filsafat yang mendorong perancangan ulang daur sumberdaya, dari sistem linier menuju siklus tertutup, sehingga semua produk digunakan kembali. Tidak ada sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Akhir dan insinerator atau teknologi termal lainnya.
Zero waste atau bebas sampah adalah sebuah konsep yang mengajak kita untuk menggunakan produk sekali pakai dengan lebih bijak untuk mengurangi jumlah dan dampak buruk dari sampah. Tujuannya adalah agar sampah tidak berakhir di TPA.
Masih menurut ayah 4 orang anak ini, terkait jumlah sampah di kota tanjungpinang perharinya belum begitu maksimal dari memberikan nilai ekonomis tetapi sebagai pusat pemerintahan ibukota provinsi sudah seharusnya sistem pengelolaan sampah kita sudah saatnya memanfaatkan sistem teknologi pengelolaan sampah di Tanjungpinang ini. Mengingat di samping sebagai pusat ibukota di provinsi juga sebagai kawasan perkotaan yg juga kawasan pesisir , yg luas wilayah nya sangat terbatas .
“Kolaborasi dengan pemerintah provinsi sangat di perlukan , apa lagi sampah yg ada di kawasan Kota Tanjungpinang berasal dari kawasan daratan dan kawasan di pesisir laut , sehingga harus di tangani secara masif untuk mencegah penumpukan sampah di daratan dan kerusakan lingkungan di wilayah pesisir laut dan merusak ekosistem laut”, jelasnya panjang lebar.
untuk itu perlu ada nya sistem pengelolaan dengan memanfaatkan teknologi terkini .
Pemerintah harus memberikan suporting kepada bank sampah, mulai dari luas pengelolaan bank sampai sampai fasilitas sarana dan prasarana bank sampah.
Ia juga menyadari masih ada warga yang belum paham dengan pemilahan sampah rumah tangga, itulah salah satu peran bank sampah bersama instansi terkait melakukan sosialisasi.
Hal ini pun dibenarkan oleh salah seorang direktur Bank sampah dikota Gurindam, Novita Yuslinda. Sulit untuk mengedukasi warga agar memilah sampah dilakukan dalam rumah tangga terlebih dahulu baru di antar ke bank sampah.
Sebab bank sampah tidak memiliki pekerja khusus untuk melakukan pemilahan. “kita open warga jual sampah pada kita, kita siap bayar tapi kembali lagi sampah yang bagaimana. Kalau masih kotor maaf kita tolak. kita bukan cerita untung tetapi kami terbatas daya untuk memilah sampah warga yang jumlahnya juga tidak sedikit. Ayok kita sama-sama menjaga lingkungan dengan mulai memilah sampah dari rumah sendiri. Selain meringankan tugas bank sampah juga menjaga kelestarian alam kita yang kelak dilanjutkan dengan generasi kita mendatang”, imbuhnya.
Pengiat lingkungan yang menjadi direktur Bank sampah Cermai, sungai Jang ini memang tidak diragukan lagi kepeduliannya pada lingkungan. Namun kendati masih saja warga mengantar sampah kotor atau yang belum dipilah, ia tetap mengingatkan. karena urusan bumi lestari bukan menjadi tangung jawab individu atau sekelompok orang melainkan tangung jawab bersama.
Penulis: Lanni
Editor: Herman