OPINI : TRAGEDI MEMILUKAN KEMBALI TERJADI DALAM SEPAK BOLA INDONESIA
Juli 2022
Oleh ,Nur Arif Abid
Di Indonesia, sepak bola adalah sebuah kompetisi besar yang ditunggu-tunggu masyarakat. Adanya Covid-19 membuat sedikit redup situasi kompetisi di Indonesia terutama dalam dunia sepak bola. Pada tahun 2020, seluruh kompetisi diberhentikan. Seiring berjalannya waktu, serta adanya vaksin covid pada tahun 2021 kompetisi dan ajang sepak bola sudah sedikit bergulir cukup baik meskipun tanpa suporter (penonton).
Selama tahun 2021 berjalan, PSSI (Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia) terus mencoba simulasi untuk mengadakan suporter dalam pertandingan. Meskipun tidak langsung 100%, tetapi PSSI tidak menyerah untuk mengembangkan apa yang membuat maju sepak bola Indonesia. Karena dengan tidak adanya suporter dalam pertandingan membuat para pemain kurang maksimal saat bertanding.
Pada tahun 2022 ini, PSSI telah memperbolehkan suporter untuk menonton langsung di stadion yang digelar dengan syarat sudah vaksin ke-3. Peraturan itu diterima dengan senang hati oleh masyarakat Indonesia, terutama pencinta sepak bola. Karena sudah hampir 2 tahun secara tidak langsung semua umat manusia seperti dikurung dalam penjara berupa Covid-19. Banyak masyarakat yang berbondong-bondong untuk menonton pertandingan sepak bola secara langsung. Sampai ada juga penonton yang pulang dengan rasa kecewa karena tidak kebagian tiket masuk stadion.
Dengan adanya izin untuk menonton pertandingan secara langsung, hal ini tentunya membuat para suporter tim gembira karena dapat menyaksikan serta mendukung tim kebanggaannya secara langsung. Di lain sisi, ini juga menjadi kekhawatiran bagi PSSI karena ada saja keributan antar suporter saat pertandingan digelar langsung. kekhawatiran tersebut tertuju pada 4 klub besar yang ada di Indonesia yaitu, Persib (Bandung), Persija (Jakarta), Arema (Malang), dan Persebaya (Surabaya). Empat klub tersebut adalah klub rival dengan eksistensi suporter pang banyak diantara klub-klub lainnya.
Persib bandung merupakan salah satu klub besar di Indonesia dengan jumlah suporter terbanyak. Pada saat mengadakan gelar pertandingan di GBLA (Gelora Bandung Lautan Api), sering kali suporter pemain tandang tidak mendapatkan kursi karena sudah dipenuhi suporter Persib Bandung. Dengan adanya banyak suporter, di laga Persib Bandung juga seringkali ada korban jiwa. Dikabarkan karena pembunuhan oleh tim rivalnya, pembunuhan oleh oknum, serta berdesakan untuk masuk stadion sampai terinjak-injak. Belum lama ini di laga Persib Bandung vs Persebaya Surabaya dalam lanjutan Piala Presiden 2022, Jumat (17/6/2022) di Stadion GBLA juga menelan korban jiwa untuk ke-4 kalinya di laga Persib.
Nahasnya ini bukan kali pertama terjadi suporter kehilangan nyawa di stadion GBLA. Solihin dan Sopiana menjadi korban keempat yang meninggal saat menyaksikan pertandingan di stadion berkapasitas 38 ribu kursi penonton tersebut. Sudah ada dua korban lainnya yang meregang nyawa di GBLA dalam kurun waktu enam tahun terakhir. Korban pertama bernama Rico, yang dikeroyok oleh sesama oknum suporter Persib di GBLA usai menyaksikan laga Persib vs Persija pada 22 Juli 2017. Korban kedua adalah Haringga Sirla suporter persija yang dikeroyok oknum suporter Persib Bandung pada 22 September 2018 lalu. Dan yang ketiga-keempat adalah Solihin dan Sopiana saat laga duel Persib Bandung. Mereka harus kehilangan nyawa karena berdesakan dan terinjak-injak untuk masuk ke dalam stadion.
Solusi agar hal memilukan tersebut tidak terjadi lagi adalah seperti solusi yang diberikan Aqmal Maharli. Ia mengatakan bahwa Inggris pernah menyimpan tragedi kelam dengan meninggalnya 96 pendukung Liverpool yang ingin menyaksikan pertandingan semifinal Piala FA 1989 antara The Reds dan Notttingham Forest. Selepas insiden tragis itu, Football Spectator Act (FSA) langsung diberlakukan di Inggris untuk mencegah aks hooliganisme di kalangan suporter. FSA mewajibkan seluruh suporter di Inggris memiliki kartu keanggotaan dari klub yang mereka dukung. Tujuannya untuk database agar suporter yang melanggar FIFA Stadium Safety and Security Regulations dapat terdeteksi dengan mudah. Menurut Akmal Marhali, dalam aturan FIFA Stadium Safety and Security Regulations, disebutkan bahwa para suporter dilarang membawa flare, benda tajam, benda keras, dan minuman berakohol. Jika ada suporter yang melanggar hal tersebut, kartu keanggotaannya dicabut dan dia bisa dilarang menonton pertandingan seumur hidup. Aturan yang diberlakukan di Inggris ini, kata Akmal Marhali, dapat dicontoh oleh sepak bola Indonesia guna mencegah insiden kelam kembali terjadi. “Siapa yang melakukan pelanggaran akan dicabut kartu anggotanya dan dilarang menonton pertandingan seumur hidup jika bersalah. Ucap Akmal Marhali.
Selain itu, menurut saya keaman pada laga sepak bola seharusnya diperketat. Jangan sampai ada penonton yang dapat masuk stadion tanpa tiket. Dan untuk mencegah kerumunan masa, mungkin pihak stadion dapat memanfaatkan teknologi untuk membuat pemesanan tiket secara full online.
OPINI oleh:
Nama : Nur Arif Abid
Mahasiswa : Universitas Muhammadiyah Malang
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik