DK – Bintan – Miswan, salah seorang pedagang buah asal Kabupaten Bintan, Kepulauan Riau (Kepri) yang mengidap kanker paru-paru kronis kini hanya terbaring lemah sembari mengharapkan uluran tangan para dermawan untuk pengobatan dirinya.
Istri Miswan, Suminah mengatakan, penyakit suaminya itu baru ketahuan sejak 19 September 2021 lalu. Saat itu, Miswan mengeluh sakit di bagian lehernya. Pada malam itu, suaminya juga mengalami pembengkakan pada bagian wajahnya.
Saat dibawa ke puskemas terdekat pada keesokan harinya, Miswan mendapatkan rujukan untuk pengambilan sampel di Rumah Sakit Umum Daerah Raja Ahmad Tabib (RSUD RAT).
Dari hasil pemeriksaan sampel tersebut, Miswan pun sempat dicurigai menderita Nasofaring. Namun Miswan tidak menunjukkan gejala Nasofaring pada umumnya. Lalu, ia pun mendapat rujukan untuk menjalani pemeriksaan di spesialis paru-paru.
“11 Oktober, dirujuk lagi ke spesialis paru-paru. Karena dadanya bengkak dan kelenjar di leher semakin banyak,” ujarnya, Rabu (10/11).
Usai pemeriksaan itu, dokter pun memvonis Miswan mengidap kanker paru-paru ganas yang sudah menyebar ke sejumlah bagian tubuh seperti bagian otaknya. Dengan penyakitnya itu, Miswan pun harus menjalani kemoterapi di Kota Batam secara rutin untuk menangani penyakitnya itu.
Ia pun sempat mendapat saran agar membawa suaminya ke tempat lain untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik, namun ia menolaknya lantaran keterbatasan biaya keluarganya saat ini.
Suminah pun merasa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan berobat suaminya itu. Pasalnya, ia yang berprofesi sebagai tukang urut kini tidak lagi memenuhi panggilan urut para pelanggannya. Ia harus merawat suaminya sekaligus memenuhi seluruh kebutuhan keluarga yakni pengobatan suaminya serta kebutuhan keempat anaknya yang masih bersekolah.
“Untungnya ada BPJS. Kemoterapi tidak berbayar. Hanya ongkosnya yang ditanggung,” ujarnya lagi.
Dalam satu kali kemoterapi di Batam, suaminya membutuhkan biaya kisaran Rp1,7 juta untuk biaya ambulans dalam sekali perjalanan. Sementara suaminya harus menjalani kemoterapi setiap tiga minggunya dan berpotensi untuk lebih rutin lagi. Hal itu tergantung kondisi Miswan selama pengobatan.
Selain itu, ia juga harus memenuhi kebutuhan suaminya lainnya untuk menunjang makan dan minum Miswan selama pengobatan.
“Iya kita beli susu dan keperluan lainnya. Karena tidak bisa makan dan sering tersedak. Karena nafasnya hanya dari mulut,” tuturnya lagi.
Kini, Miswan pun harus rutin menjalani pengobatan di Kota Batam. Dengan didampingi istrinya, Miswan harus pulang-pergi dari daerah asalnya Kabupaten Bintan menuju Kota Batam setiap tiga minggunya.
Sebelumnya, Suminah mengaku, suaminya juga sempat mendapat uluran tangan dari sejumlah rekan dan keluarganya. Ia berharap, akan ada uluran tangan dari para dermawan lainnya untuk membantu meringankan beban ia beserta keluarga.
Bagi para dermawan yang hendak mengirimkan bantuannya, dapat langsung menghubungi +62815-3387-8527 (Suminah) selaku istri Miswan.(Hs)