PDAM Tirta Nusa: Jika Paksakan Normal Seperti Biasa Malah Banyak Tidak Kebagian

DK-NATUNA – Terhitung sejak tanggal 07 Juli 2021, Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Nusa Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, melakukan sistem bergilir pengaliran air bersih yang dibagi menjadi dua wilayah.

Menurut Kasubag Perencanaan, PDAM Tirta Nusa, Herlan, BE, SE sistem bergilir pengaliran air bersih itu dikarenakan debit sumber air berkurang.

“Sumber air kita berkurang debit airnya. Jika kita paksakan normal seperti biasa, malah banyak yang tidak kebagian,” sebut Herlan menjawab koranperbatasan.com di ruang kerjanya,  Kamis, 08 Juli 2021.

Kata Herlan, pihak PDAM sudah berupaya untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Namun, kembali lagi kepada sumber air bakunya.

“Seharusnya 120 liter/detik untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, sekarang yang ada hanya 58 liter/detik. Berartikan ada sekitar 62 liter/detik selisihnya, itulah alasannya kita harus begilir,” katanya.

Lanjut Herlan, mamang sulit jika sudah masuk kepada persoalan sumber air. Akan tetapi masih ada solusi yang dapat pelanggan gunakan. Sistem bergilir ini dilakukan per dua hari disetiap wilayah.

“Dari dua hari tu dapatlah 6 atau beberapa jam. Jadi bukan dua hari itu full 24 jam. Pengaliran air memerlukan proses, apalagi gravitasi memang berdasarkan sumber. Jika sumbernya menyusut tekanan akan berkurang. Jadi pelanggan bisa melakukan penampungan air dengan tempat yang besar selama menemukan giliran berikut,” ujarnya.

Herlan mengaku belum bisa memastikan kapan akan berakhirnya sistem bergilir pengaliran air bersih tersebut. Adapun pembagian wilayahnya. Untuk Kelompok pertama Jl. Sudirman, Jl. Soekarno Hatta, Jl. Hang Tuah, Jl. DKW. Mohd. Benteng, Jl. DKW. Mohd. Rasyid, Jl. Sihotang (Gg. Kemunting, Gg. Rambutan), Jl. Pramuka, Jl. Air Lebai dan Jl. Jemengan.

“Sementara kelompok kedua, Jl. Puak, Jl. Perumahan Pemda, Jl. Perumahan DPRD Natuna. Itulah pembagian wilayahnya,” terangnya.

Oleh karena itu lanjutnya, saya berharap pembangunan embung sebayar hendaklah segera teralisasi. Jika embung itu tidak di bangun, tiap tahun akan seperti ini. Malah akan sampai tahap tersulit untuk Natuna.

“Penyusutan 5% pertahun sumber air baku itu. Artinya ketersedian air kita berkurang tiap tahunnya. Jika itu terbangun, berati sumber air baku kita bertambah. Pasti instalasi di bangun pula, itu sudah satu kesatuan dan jaringan Ranai ini akan kita benahi. Kepada pelanggan kita harapkan bersabar,” tutup Herlan. (NA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *