Jakarta: Huawei berambisi menggeser tahta pasar smartphone global yang saat ini dipegang Samsung. Ini berarti, mereka harus menerapkan strategi baru yang bisa menarik perhatian konsumen lebih banyak.
Tidak seperti Samsung yang punya smartphone ke berbagai kelas, Huawei menyadari bahwa mereka punya keunggulan di kelas premium. “Fokus kami kepada pengalaman penggunaan dan mengutamakan apa yang diinginkan konsumen. Pangsa pasar akan datang kemudian,” kata Vice President Huawei Consumer Business Group, Jim Xu, dalam pertemuan terbatas dengan beberapa wartawan di Jakarta, Selasa 29 Januari 2019.
Setelah gagal membawa P10 dan Mate 10, mereka mencoba memperbaikinya dengan memperkenalkan P20 Pro dan Mate 20 Series. Huawei menilai respons konsumen Indonesia cukup positif. Jeda waktu perilisan dengan versi global juga dibuat sedekat mungkin.
Selain kelas premium, Huawei juga berbenah pada segmen menengah, salah satunya lewat Nova series. Nova 3i menjadi cara Huawei menghadirkan berbagai elemen premium pada ponsel dengan harga yang lebih terjangkau. Hasilnya cukup baik untuk Asia Tenggara. Ini juga membuat mereka tetap optimistis dengan Nova seri selanjutnya.
Dari kampanye sampai ganti pabrik
“Saya mengakui ada berbagai kesalahan pada masa lalu. Kali ini, kami akan investasi lebih,” ungkap Jim. Investasi yang dimaksud adalah pengadaan sumber daya untuk kampanye produk premium, yang tidak lain adalah seri P dan Mate.
Mereka tetap meluncurkan seri Y dan Nova untuk Indonesia, hanya saja strateginya akan berbeda. Sudah terlihat jelas bahwa persaingan untuk kelas menengah dan bawah sangat kompetitif. Tidak hanya produsen Tiongkok, pabrikan Taiwan seperti ASUS juga meramaikan pasar tersebut.
Sejauh ini, Huawei tidak menyebutkan investasi itu untuk mencari brand ambassador, seperti yang dilakukan oleh produsen Tiongkok lainnya.
Kenapa baru sekarang strategi ini diterapkan? Jim dan President of Huawei Device Asia Pacific Alex Lin mengatakan pasar Asia Tenggara, terutama Indonesia, perlu cara yang berbeda.
“Merek kami masih lemah di Indonesia. Oleh karena itu pendekatan terus menerus dilakukan.” Investasi yang Huawei maksud juga untuk produksi pabrik lokal. Mereka telah resmi menggandeng Satnusa Persada asal Batam untuk produksi seri Mate 20. Satnusa sudah dikenal sebagai produsen berbagai merek smartphone, sebut saja Xiaomi, ASUS, dan Nokia.
Mereka mengakui Satnusa punya kemampuan yang kompeten dan memenuhi standar Huawei. Ini juga menjadi alasan Huawei bisa mengurangi jeda waktu perilisan global dengan Indonesia.
Huawei juga menekankan bahwa ponsel premium berikutnya akan meluncur di Indonesia, dan berusaha memperkecil jeda waktu perilisannya.
Sejauh ini, Huawei P30 adalah ponsel berikutnya yang diproyeksi muncul pada kuartal satu tahun ini, tetapi Jim tidak bisa berkomentar banyak soal ini. Mereka tampaknya ingin seperti Samsung, yang sudah tidak punya masalah dengan waktu perilisan di Indonesia.
Setelah produk, Huawei ingin memastikan mereka punya layanan purna jual yang memadai. Mereka berencana menambah experience store. Exprerience Store sendiri untuk memberikan kesempatan kepada konsumen mencoba langsung produk Huawei.
Sebelumnya, mereka telah memiliki 31 satu service center, dengan komposisi 28 multi–brand dan dua eksklusif Huawei. Dengan strategi ini, Huawei mengaku optimistis membuktikan ambisi mereka yang sudah pernah dijelaskan: menjadi tiga besar di Indonesia dalam waktu tiga tahun.
“Sangat optimis, karena kami sudah seperti lari maraton,” pungkas Alex.