Jakarta – Nilai dolar Amerika Serikat (AS) terus menunjukkan keperkasaannya terhadap Rupiah. Hari ini, dari data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) dolar AS tercatat Rp 14.840. Kemudian dari perdagangan Reuters tercatat Rp 14.897.
Bank Indonesia (BI) sudah berupaya untuk mengelola stabilitas nilai tukar dengan melakukan dual intervension di pasar valuta asing dan pasar obligasi. BI juga melakukan rapat koordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Bisakah masyarakat Indonesia membantu penguatan Rupiah?
“Kalau ada yang punya dolar AS bisa dijual dan ditukar ke Rupiah untuk membantu penguatan kurs,” kata Bhima saat dihubungi detikFinance, Selasa (4/9/2018).
Masyarakat juga harus tetap percaya jika ekonomi Indonesia saat ini masih tetap terjaga. Karena pemerintah dan BI akan responsif dan memperkuat fundamental ekonomi.
Sementaraitu, Ekonom PermataBank, Josua Pardede menjelaskan jika ingin membantu penguatan Rupiah, masyarakat Indonesia bisa menahan dulu keinginan untuk jalan-jalan ke luar negeri.
“Mungkin bagi orang Indonesia, bisa ditunda dulu atau ditahan dulu liburan ke luar negerinya. Bisa domestik trip dulu,” ujar Josua.
Josua mengatakan, masyarakat umum tidak perlu panik dan pelaku pasar diharapkan tidak melakukan aksi spekulasi yang akan mendorong penguatan dollar AS lebih lanjut lagi.
Keyakinan pada masih solidnya fundamental ekonomi Indonesia serta keyakinan bahwa Bank Indonesia akan selalu berada di pasar dan akan melakukan langkah-langkah stabilisasi rupiah tentunya akan efektif membatasi pelemahan nilai tukar rupiah.
Selain itu, jika masyarakat memiliki dolar AS lebih baik dilepas atau dijual terlebih dahulu.
“Kalau bahasa marketnya take profit dulu, tukar dulu ke Rupiah dolar AS nya,” jelas dia.
Josua menjelaskan saat ini BI dan pihak terkait juga berupaya untuk mendorong pengembangan sektor pariwisata yang diharapkan dapat mempercepat penerimaan devisa yang pada gilirannya dapat memperbaiki defisit transaksi berjalan yang pada akhirnya akan mendorong stabilitas nilai tukar rupiah dalam jangka pendek ini.
“Selain itu, jika volatilitas nilai tukar rupiah cenderung meningkat, BI diperkirakan akan kembali lagi memperketat kebijakan moneternya dalam jangka pendek ini untuk meningkatkan kepercayaan pelaku pasar,” kata dia.
Hal tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan perbaikan fundamental ekonomi, afirmasi dari Fitch terhadap peringkat utang Indonesia yang masih layak investasi dengan outlook stable, maka pemerintah dan BI diperkirakan akan dapat mengelola stabilitas rupiah sehingga dapat meredam pelemahan rupiah di bawah level Rp15.000 per dolar AS.(Hs)